Salatiga, Tribuncakranews.com — 24/11/2025. Aroma kejanggalan dalam Proyek Pembangunan Jalan Masuk Selatan UIN Salatiga semakin menusuk hidung publik. Setelah diberi kesempatan menjawab secara resmi oleh LSM APRI, pihak pelaksana CV Inter Design memilih bungkam, seolah lebih nyaman bersembunyi di balik tembok proyek daripada memberi klarifikasi atas dugaan pelanggaran teknis yang mencolok di lapangan.
Bukti-bukti sudah terpampang terang.
U-Ditch ditanam begitu saja tanpa lantai kerja. Tanah dasar tidak dipadatkan. Batu pondasi yang seharusnya menggunakan kualitas tinggi justru berganti batu kebun — material berharga murah yang tak layak untuk konstruksi jalan beranggaran negara.
Yang lebih menohok, keselamatan kerja nyaris tak dianggap: pekerja bekerja tanpa APD, tanpa helm, tanpa standar K3.
Lebih parah lagi, ketika tim APRI dan awak media mendatangi direksi keet, Direktur Pelaksana justru melontarkan pernyataan yang membuat publik tercengang:
“Pekerjaan harus dikerjakan sesuai gambar kerja, tidak bisa, Mas.”
Sebuah kalimat yang terdengar seperti sinyal kuat bahwa apa yang terjadi di lapangan dibiarkan berjalan meski tidak sesuai standar teknis.
Tidak cukup sampai di situ, setelah surat resmi dilayangkan oleh LSM APRI dan diberi tenggat hari kerja, pihak pelaksana tetap memilih sikap diam. Tidak ada klarifikasi. Tidak ada pembelaan. Tidak ada dokumen adendum. Diam yang terlalu mencurigakan untuk dianggap wajar.
Kini persoalan ini tidak lagi sekadar temuan lapangan, tetapi menjelma menjadi pertanyaan besar mengenai integritas proyek:
Apakah benar ada perubahan spesifikasi yang disembunyikan?
Mengapa pelaksana enggan memberikan klarifikasi?
Apakah ada yang berusaha menutup-nutupi kualitas pekerjaan yang jauh dari kata layak?
Mengapa standar K3 diabaikan padahal proyek menggunakan uang negara?
Karena itulah LSM APRI tidak tinggal diam. Setelah pelaksana proyek memilih bungkam, hari ini APRI resmi mengirimkan surat laporan ke Inspektorat Daerah, Rektor UIN Salatiga, LPSE/PPK/KPA, serta Badan Keuangan Daerah, meminta audit menyeluruh, investigasi teknis, hingga peninjauan aliran anggaran.
Publik hanya menunggu satu hal: keberanian aparat pengawas untuk turun ke lapangan tanpa kompromi.
Sebab bila dugaan ketidaksesuaian itu benar, maka kerugian negara bukan lagi potensi — tapi ancaman nyata. Dan di tengah situasi ini, diamnya pelaksana justru semakin mempertebal dugaan bahwa ada sesuatu yang tidak beres dalam proyek tersebut.
LSM APRI menutup pernyataannya dengan satu kalimat keras:
“Kalau pekerjaan memakai uang rakyat dikerjakan seenaknya, maka kami yang akan berdiri paling depan untuk membongkarnya.”
Proyek kampus, uang negara, mutu amburadul, pelaksana diam.
Salatiga sedang menunggu kebenaran — atau membongkar kebusukan.
- (Red/Tim) -


