Garut, Tribuncakranews.com // Telah terjadi longsor 4 hari yang lalu, selasa, 30 September 2025, di Galian Pasir, Kampung Pasir Buntung, Desa Cihikeu, Kecamatan Bungbulang, Kabupaten Garut.
Peristiwa tersebut mengakibatkan satu orang penggali tertimbun, bernama Dedi (47) warga Kampung Pasirbuntung Manguneung, yang saat ini kondisinya sedang pemulihan.
Jum'at (3/10/2025) Saat awak media berkunjung yang ke dua kalinya ke rumah korban. Saat itu korban sedang makan malam sendirian. Jelang berapa lama datang bernama Abang (40) rekan korban saat melakukan penggalian. Disitulah awak media berbincang-bincang dengan korban dan rekannya.
Korban pun, Dedi (47) bercerita bagaimana awalnya dia tertimbun longsor,
"Ya saya saat itu berdua sama si abang, namun jaraknya aga jauh. Saat terjadi longsor, sebelum saya tertimbun, si abang terlihat berteriak-teriak, "Mang Dedi itu Murudul" teriaknya, yang artinya "Mang Dedi Itu Longsor" ungkapnya.
"Saya langsung lompat karena terlihat longsoran begitu cepatnya seperti mengejar dan akhirnya saya tertimbun," lanjutnya.
"Namun menurut informasi dari rekan saya, orang-orang yang ada di lokasi, pas melihat saya tertimbun, malah melongo, namun selang beberapa detik baru mereka sadar, dan langsung menolong saya yang sudah tertimbun," ucapnya.
" Keadaan saya pas ditolong langsung tidak sadarkan diri, dan sadar kembali sudah ada di rumah abah, itu juga masih samar-samar, pokoknya saat tertimbun saya masih sadar, dan dalam hati saya pasrah, saya pasrah ya Allah sekarang saya mati, cuman tiba-tiba penglihatan sudah tidak gelap lagi, wah ada pertolongan berkat pertolongan, dari sana saya langsung tak sadarkan diri, " ujarnya.
Kang Dedi pun mengucapkan terima kasih kepada yang sudah menolongnya, yang berdatangan melihat saya, entah dari Kecamatan, yang saya lihat setengah sadar tidak sadar.
" Saya melihat ada yang pake baju Polisi, Satpol PP, seragam Kecamatan, ada yang meriksa saya mungkin dokter. Dan tadi juga ada dari Ibu-ibu PKK. Saya berharap ada yang mengasih pekerjaan lain, selain menggali pasir, yang membahayakan. Namun pekerjaannya harus di sesuaikan dengan kondisi mata saya yang sudah lama terganggu, dan sekarang bertambah parah burem," tandasnya.
Rekannya yang sekaligus saksi mata, Abang (40) menambahkan, bahwa dia juga berharap ada yang memperhatikan para pekerja penggali pasir agar ada yang memberi pekerja lain.
" Mereka teman-teman saya kasihan kalau harus ditutup penggalian ini, kecuali kalau ada solusi kerjaan lain, karena mata pencaharian utama di sini, yang lain sekarang juga sudah beraktivitas lagi, meski sudah di kasih tanda bertulisan "Awas Rawan Longsor" tapi mereka tetep saja," ucapnya.
"Pada saat itu untung ada saya melihat, jadi tau di mana posisinya, karena kedalamannya kurang lebih 1 meter, " lanjutnya.
" Padahal sebenarnya sudah dikasih tau posisinya lagi tidak baik takut terjadi longsor, eh betul terjadi, dan saat pertolongan dilakuan yang paling susah, saat mengambil tanah keras segede bola di perut kang dedi. Yang anehnya longsor tersebut seperti lambat, padahal cepat," pungkasnya.
(Enjang)