Jakarta, Tribuncakranews.com – Kamis, 17/7/2025. Pemerintah terus mendorong transformasi kebijakan pembangunan nasional melalui program Makan Bergizi Gratis, sebagai bagian dari komitmen memperkuat kualitas sumber daya manusia sejak usia dini. Di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto, program ini bukan sekadar bantuan sosial, tetapi menjadi langkah strategis memperbaiki ketimpangan gizi dan meletakkan dasar pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan.
Masih tingginya angka stunting di Indonesia, yakni 21,6 persen, dan prevalensi anemia pada ibu hamil sebesar 48,9 persen, menunjukkan bahwa persoalan gizi belum menjadi prioritas utama pembangunan selama ini. Padahal, kekurangan gizi berdampak jangka panjang pada perkembangan otak, kekebalan tubuh, serta kemampuan belajar anak-anak.
Program Makan Bergizi Gratis didesain dengan pendekatan lintas sektor, melibatkan Kementerian Pertanian, Kesehatan, Pendidikan, serta Perindustrian. Bahan pangan diambil dari petani lokal, dapur komunitas dikelola oleh warga desa, dan makanan disalurkan langsung ke sekolah-sekolah. Selain menekan angka malnutrisi, program ini juga menjadi mesin pemberdayaan ekonomi desa dan ketahanan pangan nasional.
"Makan bergizi bukan hanya urusan dapur rumah tangga, tetapi urusan negara. Tanpa gizi yang cukup, tidak akan lahir generasi yang kuat untuk menjalankan agenda besar bangsa," ujar Arvindo Noviar, pengamat kebijakan publik.
Meski dihadapkan pada sejumlah tantangan teknis seperti potensi pengadaan fiktif dan kejadian keracunan, pemerintah menekankan pentingnya pengawasan kolaboratif yang melibatkan sekolah, orang tua, tenaga kesehatan, dan masyarakat lokal. Transparansi data serta penggunaan teknologi pelacakan menjadi prioritas untuk menjamin kualitas dan integritas program.
Secara ekonomi, investasi pada gizi anak terbukti menghasilkan pengembalian tinggi dalam bentuk produktivitas dan pengurangan beban kesehatan. Di sisi sosial, makan bersama anak-anak lintas latar belakang sosial ekonomi juga memperkuat nilai kesetaraan dan kebersamaan.
“Negara yang memberi makan anak-anaknya sedang membangun fondasi masa depan. Ini bukan soal belas kasih, tetapi keadilan,” tambah Arvindo.
Pemerintah berkomitmen memperluas jangkauan program ke wilayah urban dan kawasan dengan kerentanan gizi tinggi. Dalam jangka panjang, program ini diharapkan tidak hanya menghapus kelaparan tersembunyi, tetapi juga membentuk budaya sehat dan solidaritas sosial sejak dini.
Oleh: Arvindo Noviar
Marno(*)