Riyoso vs Ahmad Husein: Bara di Tengah Kota Pati Menjelang HUT RI ke-80

Pati, Jawa Tengah, Tribuncakranews.com // 9/8/2025. Udara panas siang Selasa itu bukan satu-satunya yang membakar. Halaman Kantor Bupati berubah menjadi arena duel kata-kata. Dua sosok berdiri hanya beberapa meter terpisah—Plt Sekda Pati, Riyoso, dan Ahmad Husein, motor penggerak aksi penolakan kenaikan PBB-P2 sebesar 250 persen.

Keduanya sama-sama tegang. Suara Riyoso menggelegar ketika memerintahkan Satpol PP menyita ratusan dus air mineral di posko aksi. “Ini mengganggu ketertiban umum!” ujarnya. Ahmad Husein tak bergeming, matanya menatap lurus. “Kamu dibayar rakyat, jangan sok-sokan!” sergahnya.

Dus-dus itu bukan sekadar logistik. Pada permukaannya, tertulis protes lantang: “Bupati Penipu”, “Bupati Pembohong”. Semua dipersiapkan untuk aksi besar-besaran di Alun-Alun Pati, 13 Agustus nanti—puncak perlawanan terhadap kebijakan Bupati Sudewo menaikkan PBB secara drastis.

Ketegangan ini bukan muncul tiba-tiba. Riyoso sudah lama jadi bahan perbincangan publik sejak namanya terseret dalam skandal video call syur dengan seorang perempuan bernama Dewi. Ia mengaku dijebak, difitnah, dan diperas. Namun kasus itu tak menyurutkan langkahnya di pemerintahan—dan kini ia kembali berada di sorotan, kali ini di medan politik jalanan.

Ahmad Husein pun bukan figur tanpa sejarah. Ia dikenal sebagai penggerak massa yang efektif, dengan jaringan warga hingga ke pelosok desa. Tantangan Bupati Sudewo—“Jangan cuma 5.000, 50.000 pun saya tidak gentar”—menjadi bahan bakar untuk mobilisasi besar-besaran.

Waktu menuju 13 Agustus tinggal hitungan hari. Di warung kopi, di pasar, di grup WhatsApp warga, hanya ada satu topik: benturan kepentingan antara rakyat dan penguasa daerah. Semua mata kini tertuju ke Pati, menunggu apakah hari itu akan menjadi demonstrasi damai, atau titik ledak yang mengubah arah politik kota kecil ini.

Timeline Gejolak Pati 2025

Maret 2025 – Pengumuman Kenaikan PBB-P2

Bupati Pati, Sudewo, mengumumkan kebijakan kenaikan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) hingga 250 persen. Pemerintah daerah beralasan kenaikan ini untuk menyesuaikan nilai jual objek pajak. Namun, pengumuman ini langsung menuai gelombang protes warga.

April–Mei 2025 – Muncul Gelombang Penolakan

Kelompok warga dan tokoh masyarakat mulai menggelar diskusi publik, menyebarkan petisi, dan mengunggah keluhan di media sosial. Ahmad Husein muncul sebagai salah satu tokoh penggerak utama, membentuk jejaring protes dari desa ke desa.

Juni 2025 – Skandal Video Call Riyoso

Nama Riyoso, Plt Sekda Pati, mencuat di media nasional setelah beredar rekaman video call syur dengan seorang perempuan bernama Dewi. Riyoso mengklaim dirinya dijebak dan diperas. Kasus ini sempat meredup, tetapi citra publiknya tetap tergores.

Juli 2025 – Tantangan Bupati Sudewo

Dalam salah satu pernyataannya, Bupati Sudewo menantang para penggerak aksi: “Jangan cuma 5.000, 50.000 pun saya tidak gentar.” Pernyataan ini memicu respons keras dan semakin menyatukan oposisi warga.

5 Agustus 2025 – Bentrokan Verbal Riyoso vs Ahmad Husein

Di halaman Kantor Bupati, Riyoso memerintahkan Satpol PP menyita ratusan dus air mineral dari posko aksi. Kardus-kardus itu bertuliskan slogan protes keras terhadap bupati. Ahmad Husein langsung menghadapi Riyoso, adu mulut pun tak terhindarkan. Peristiwa ini terekam video dan menjadi viral.

13 Agustus 2025 – (Rencana) Aksi Puncak di Alun-Alun Pati

Ahmad Husein dan jaringannya merencanakan aksi besar-besaran, menargetkan puluhan ribu peserta sebagai jawaban atas tantangan Bupati. Pemerintah daerah bersiap dengan pengamanan ekstra. Hari itu diprediksi menjadi momen krusial dalam dinamika politik Pati.

" Meski Bupati Sudewo sudah mengumumkan pembatalan kebijakan kenaikan pajak, bagi warga Pati, itu datang terlambat. Kekecewaan sudah telanjur membara. Tinggal menunggu, apakah 13 Agustus akan menjadi hari unjuk rasa damai—atau hari yang mengubah sejarah politik Pati. "

Editor: Agus - SN / Redaksi Tribuncakranews(*)

SPONSOR
Lebih baru Lebih lama